Sejak tahun 2005, REDD+ telah menjadi mekanisme penting bagi negara berkembang untuk menjawab tantangan dari perubahan iklim. Bersama-sama dengan REDD+, negara berkembang dapat berkontribusi secara signifikan bagi upaya dunia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Bersama dengan REDD+ pula, negara berkembang dapat melakukan upaya konservasi hutan, manajemen berkelanjutan atas hutan dan penambahan stok hutan karbon. Hal ini diungkapkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di hadapan peserta konferensi tingkat tinggi tentang perubahan iklim di Markas Besar PBB, New York, Amerika Serikat, Rabu (24/9) siang hari waktu setempat atau Kamis (25/9) dinihari waktu Jakarta. REDD+ atau Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation adalah mekanisme bentukan United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) yang memiliki dua misi utama yaitu upaya mitigasi perubahan iklim melalui pengurangan efek gas rumah kaca, dan menghapuskan emisi gas dengan penataan hutan di negara-negara berkembang. Sesi konferensi ini mengambil tema “The transformative Potential of REDD+ : A Global Legacy in The Making”, diikuti oleh sekitar 125 kepala negara. Presiden SBY menekankan bahwa upaya menghilangkan resiko dari perubahan iklim yang terus menerus makin dirasa mendesak saat ini. Indonesia sebagai negara yang memiliki hutan tropis dan lahan gambut tropis ketiga terbesar di dunia, tentunya menyimpan banyak stock karbon. Melindungi persediaan karbon adalah hal yang sangat penting mengingat lebih baik untuk menghindari dampak buruk dari perubahan iklim. Kontribusi nyata Indonesia melalui REDD+ ini merupakan bagian dari upaya global untuk mengurangi emisi dan mengatasi dampak perubahan iklim. Bersama dengan REDD+, Indonesia membuktikan komitmen dan upaya konsistennya dalam mengurangi deforestasi dan degradasi hutan. Sedikitnya terdapat empat hal yang menentukan kesuksesan implementasi program REDD+, yaitu perubahan pola pikir yang mendasar tentang pelestarian alam, kehadiran REDD+ tidak hanya relevan untuk lingkungan tapi juga relevan secara sosial, REDD+ haruslah didukung para pemangku kepentingan, dan diperlukan juga langkah hukum seperti moratorium izin baru untuk pembukaan lahan baru dan pengelolaan hutan Indonesia yang telah dikeluarkan tahun 2011 lalu. Presiden SBY mengingatkan bahwa tantangan masih tetap ada, dimana populasi akan terus bertambah, selaras dengan meningkatnya kebutuhan akan sumber pangan, tempat tinggal dan transportasi. Dalam pidatonya, Menteri Iklim dan Lingkungan Hidup Norwegia, Tine Sundtoft mengakui bahwa Indonesia telah mengambil langkah yang sangat berani dalam usahanya mengurasi emisi gas, bahkan diperkirakan akan mencapai 1 milyar ton pada tahun 2020. Tercapainya tujuan Indonesia dalam melawan perubahan iklim tersebut sangatlah memiliki arti penting. sementara sejalan dengan hal tersebut, Indonesia mampu mengamankan pertumbuhan ekonomi bagi rakyatnya dengan melanjutkan pertumbuhan ekonomi yang solid. Norwegia memiliki komitmen khusus dengan Indonesia dalam melawan perubahan iklim yang akan terus berlanjut sampai tahun 2020. Sedangkan Perwakilan UNDP, Helen Clark menyampaikan pengakuannya akan kepemimpinan Presiden SBY yang menonjol tidak hanya di kawasan Asia tetapi juga secara global. Pernyataan ini disambut riuh tepuk tangan peserta konferensi dalam majelis umum PBB tersebut. Turut mendampingi Presiden SBY, Menlu Marty Natalegawa, Mensesneg Sudi Silalahi, Menkopolhukam Djoko Suyanto, mantan Menteri Lingkungan Hidup Emil Salim, dan Seskab Dipo Alam.
Foto : Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, berpidato di hadapan peserta konferensi tingkat tinggi tentang perubahan iklim di Markas Besar PBB, New York, Amerika Serikat, Rabu (24/9) siang hari waktu setempat atau Kamis (25/9) dini hari waktu Jakarta. Indonesia sebagai negara yang memiliki hutan tropis dan lahan gambut tropis ketiga terbesar di dunia, tentunya menyimpan banyak stock karbon. Melindungi persediaan karbon adalah hal yang sangat penting mengingat lebih baik untuk menghindari dampak buruk dari perubahan iklim. Kontribusi nyata Indonesia melalui REDD+ ini merupakan bagian dari upaya global untuk mengurangi emisi dan mengatasi dampak perubahan iklim.
0 Response to "Presiden SBY Berpidato Dalam Konfrensi Redd+ di Markas Besar PBB New York"
Post a Comment